Horror Riddle
1.Pada suatu malam aku diajak oleh kedua temanku untuk berburu hantu di sebuah rumah tua dimana dulunya pernah terjadi pembunuhan. “Aku dengar si pembunuh menjagal orang-orang ini” kata salah satu temanku. “Pasti arwah mereka benar-benar marah”“Ya, aku dengar ini adalah pembantaian massal” sahut temanku yang lain. “Rupanya, si pembunuh mencongkel mata sang suami dan membacok sang istri dengan pisau yang besar. Kemudian dia mencekik anak-anaknya hingga tewas.”. “Apakah kalian benar-benar serius?” tanyaku, “atau kalian hanya menakut-nakutiku saja? Kalian tau betapa takutnya aku terhadap hantu.”Pintu depan pun kami buka, kami berjalan sambil berpegangan tangan karena di dalam sana gelap total dan kami hanya berbekal satu lampu senter. Kami menelusuri ruang tamu dan dapur, kemudian turun ke ruang bawah tanah dimana pembunuhan keji tersebut terjadi. Kami masih bisa melihat dengan jelas darah bercipratan di tembok. Tempat ini memang benar-benar mengerikan, tapi kami tidak melihat satupun kejanggalan atau sesuatu yang aneh. Pada saat keluar dari ruang bawah tanah, aku bertanya kepada temanku.“Aku tidak melihat satupun hal yang aneh, bagaimana dengan kalian?”“Aku tidak”“Aku juga tidak”“Aku tidak melihat apapun”Jadi memang benar-benar tidak ada hantu, aku merasa lega.2.Malam ini sedang hujan deras sekali. Ketika kami sampai pada suatu tempat, aku menghentikan mobilku di depan sebuah terowongan. Temanku dan aku pernah mendengar rumor dan legenda bahwa terowongan ini berhantu. Mereka mengatakan ketika mengendarai mobil dan melintasi terowongan ini pada malam hari, hal yang aneh akan terjadi. Kami kemari untuk mengetes keberanian kami dan memastikan bahwa rumor tersebut benar. Terowongan ini letakknya sangat terpencil dan tidak banyak kendaraan yang melintas. Suasana angker dan menyeramkan langsung kami rasakan begitu memasuki terowongan ini. Aku menjalankan mobil dengan pelan, berharap sesuatu yang aneh benar-benar terjadi, tetapi ketika kita mencapai ujung terowongan kami tidak melihat sesuatu apapun yang mengerikan. Aku dan temanku kecewa. “Ayo kita melintas lagi,” kataku. Teman-temanku setuju dan aku memutar mobilku saat diujung terowongan.
Sekali lagi, kita tidak mengalami hal yang aneh. Aku memutar mobilku di dalam terowongan beberapa kali setiap kali kami hendak mencapai ujung. Setelah empat atau lima putaran, salah satu temanku berkata, “Lebih baik kita pulang saja teman-teman.” Kupikir dia benar, lama-kelamaan kami menjadi bosan, dan suara hujan yang turun ke atap mobil kami semakin lama semakin mengganggu kami.
Akan tetapi ada sesuatu yang aneh dengan nada bicara temanku tersebut. Tepat sebelum kami keluar terowongan, kuhentikan mobilku dan melihat kebelakang. Aku menyadari bahwa salah satu temanku tersebut menggigil dan terlihat ketakutan. Teman-temanku yang lain menatapnya dan bertanya “Apa yang salah denganmu? Apakah kamu melihat sesuatu?” Lalu ia berkata “Apa kamu tidak mendengarnya?” “Mendengar apa?” kataku. Setelah terdiam cukup lama, ia mengatakan “Hujan, suara hujan….!”
3.Aku pikir mungkin akan menarik untuk mengambil beberapa foto hantu di bangunan kosong didekat ku. Ada sebuah ruangan di lantai atas yang di gosipkan angker. Aku atur kameraku di tripod supaya aku bisa mendapat gambar seluruh bangunan di dalam fotonya. Setelah kameraku mengambil 3 kali foto, aku meninggalkan bangunan itu dan pulang.
Malam itu waktu ku duduk dan melihat foto2 nya, tiba2 bulu kudukku berdiri. Tidak ada yang aneh di kedua foto pertama, tapi di foto ke3 aku melihat wajah yang terlihat menyeramkan ada di jendela kamar paling atas.
Kamu bisa bayangkan bagaimana ketakutannya aku pada waktu itu. Jadi, besok siang nya aku hubungi teman2ku dan meminta mereka untuk menemaniku kembali ke bangunan kosong tersebut. Kami masuk kedalam bangunan itu dan pelan2 menaiki tangga menuju lantai atas. Aku sangat siap untuk lari apabila kami melihat sesuatu yang aneh. Ketika temanku membuka pintu kamar nya, mereka mulai tertawa. Ternyata itu bukan hantu sama sekali. Itu hanya sebuah boneka usang yang berada di jendela.
Lega sekali mengetahui itu. Aku kira aku mempunyai foto hantu asli di tanganku.
4.Temanku menceritakan cerita ini.
Ia tinggal di gedung apartemen tinggi. Karena ia tinggal di lantai 14, ia harus menggunakan lift.
Suatu hari, pada tengah malam, ia pulang dari kerja. Ia naik lift dan memencet tombol 14. Sesaat setelah pintunya tertutup dan elevator mulai bergerak, tombol 8 menyala. “Hmm, siapa ya yang mau naik lift di tengah malam begini?”
Segera setelah ia berkata begitu, ia menyadari sesuatu dan cepat-cepat memencet tombol lantai 2, 3, 4, dan
secara tergesa-gesa. Pintu lift melewati lantai 2, tetapi untungnya lift berhenti pada lantai 3 dan kemudian ia memaksa keluar lewat pintu lift yang lambat terbukanya, kemudian ia berlari keluar.
Ia turun dengan tangga dan meninggalkan gedung, dan kemudian ia menghabiskan waktu semalaman untuk membaca majalah di minimart dekat gedungnya sampai pagi.
“Mungkin bukan apa-apa, tetapi kau tidak pernah tahu.”
Ia tersenyum ketika menceritakannya, tetapi bahkan sampai hari ini, ia masih menghindari menggunakan elevator di tengah malam.
5. Saat OSPEK, kami semua diharuskan mengikuti uji nyali di sebuah pemakaman tua. Kami dikirim berdua-dua untuk melintasi kuburan tersebut untuk menguji keberanian kami. Aku dan temanku sangat ketakutan karena saat itu sudah tengah malam.
Begitu sampai di kamp, kami berdua tertawa sambil menunjukkan tangan kanan kami yang membiru. Pasti karena kami berpegangan tangan terlalu erat saking takutnya. Kalau dipikir-pikir hal itu sangat konyol. Tak ada alasan bagi kami ketakutan seperti itu sebab tak ada satupun hal seram terjadi pada kami malam itu.
6.Sejak awal bulan lalu, aku selalu memimpikan mimpi yang sama. Di mimpi itu, aku memimpikan sebuah rumah yang sangat besar dan indah. Dalam mimpiku, aku berada di depan rumah itu lalu masuk dan menjelajahinya. Aku pergi ke ruang tamu dan dapur, kemudian naik ke lantai dua dan menjelajahi kamar tidurnya. Aku selalu berpikir bahwa mungkin aku pernah berada di rumah itu dan ingatan itu tertanam dalam alam bawah sadarku. Namun anehnya, aku sama sekali tak ingat pernah melihat rumah itu sebelumnya.
Namun, semuanya berubah malam itu.
Suatu malam ketika aku sedang berkendara pulang dari kantorku, aku memutuskan untuk mengambil jalan pintas. Jalan itu melewati hutan pinus yang lebat. Rasa takut mulai menghinggapiku kettika kegelapan malam mulai menyelimutiku. Namun di antara bayangan-bayangan pohon, aku melihat sepercik cahaya di kejauhan dan akupun mendekatinya. Aku terkejut, ternyata itu rumah yang ada di dalam mimpiku!
Aku berhenti di depan rumah itu dan turun ke mobil. Rumah ini tak salah lagi adalah rumah dalam mimpiku! Ada tulisan “Rumah Dijual” di situ. Rumah ini adalah rumah yang sangat bagus dan akupun tertarik membelinya. Terasa seperti deja vu ketika aku berjalan ke muka rumah dan mengetuk pintunya.
Sesaat kemudian, seorang wanita tua membuka pintunya.
“Apa yang kau inginkan?”
“Maaf, mengganggu ibu malam-malam, namun saya ingin membeli rumah ini. Berapa harganya?”
Dia justru mulai menutup pintunya.
“Bu!!!” aku mencoba menahan pintu agar ia tak menutupnya.
“Kamu takkan mau membeli rumah ini!”
“Kenapa?”
“Karena rumah ini dihantui!”
“Dihantui?” aku nyaris tertawa, aku tak pernah percaya dengan hantu.
“Ya.” Jawab wanita itu, masih berusaha untuk menutup pintunya.
“Dihantui oleh siapa?”
“OLEHMU!” jerit wanita dengan ketakutan itu ketika ia membanting pintu.
7. Ketika aku tiba di rumah sepulang sekolah, tidak ada seorangpun di sana. Ayah dan ibuku masih belum pulang. Seperti biasa, setelah mengunci pintu, akupun pergi ke kamarku. Aku kemudian menutup pintu dan berganti baju di dalam kamar. Saat hendak membuka pintu, aku terkejut. Pintu kamarku tak mau membuka.
Seolah-olah ada yang memeganginya dari luar.
Aku tak mengunci kamarku, jadi seharusnya pintu itu terbuka dengan mudah. Mungkin saja pintuku rusak, namun pikiran bahwa “ada seseorang menahan pintuku dari luar” membuatku takut.
Untunglah kamarku terletak di lantai satu dan sambil membawa telepon genggam, akupun keluar dari jendela. Saat aku berada di luar, beruntung aku bertemu ibuku yang baru saja tiba di depan rumah.
“Ibu … pintu kamarku …mungkin ada orang…” aku berkata dengan terbata-bata karena masih ketakutan.
Namun ibuku justru tertawa. Ia tak mempercayaiku. Kamipun masuk dan ibu mencoba membuka pintu kamarku. Ternyata pintu itu terbuka dengan sangat mudah.
“Lihat, bisa kan? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Rumah ini sudah tua, jadi wajar kalo pintu ini sudah rusak.”
Akupun masuk dan ibuku meninggalkan rumah sambil tertawa. Dengan perasaan malu, aku membuka kunci jendela dan menatap ke luar. Angin berhembus di wajahku dan aku mulai tertawa. Ah, mana mungkin ada orang mesum masuk ke kamarku? Hari masih siang bolong begini.