1. Legenda Penampakan Naga di Cina
Sejak jaman Dinasti Kerajaan Tiongkok kuno, masyarakatnya mengenal empat
jenis tingkatan ular Naga paling terkenal diantara ratusan naga
lainnya, yakni Naga Shen Lung (spiritual) sang pengkehendak terjadinya
angin, hujan dan badai. Naga Tien Lung yang juga terkenal dengan julukan
sebagai Naga Langit bertugas sebagai penjaga istana para dewa-dewi di
kahyangan.
Naga Ting Lung (Naga Bumi) memiliki kuasa untuk mengatur air laut yang
terdapat diseluruh permukaan bumi. Dan Fucang Lung (Naga penguasa
lapisan bawah bumi) sebagai penjaga harta karun di dalamnya.
2. Akhekh, Naga Mitologi Penjaga Mesir

Konon menurut cerita rakyat Mesir, Akhek diyakini sebagai makhluk
penjaga Mesir. Wilayah kekuasaannya meliputi padang pasir sampai
perbatasan lembah sungai Nil. Eksestensi Ahek sebagai binatang misterius
abad pertahanan kerap dikaitkan masih memiliki hubungan dengan Set,
Dewa penguasa kegelapan.
Dan setelah memasuki perkembangan jaman, orang-orang di eropa mengenal
makhluk mitologi bernama Griffin yang dipercaya sebagai penjelmaan lain
Naga Akhekh, bedanya bila Griffin berkepala burung elang, sedangkan
Akhekh-akhekh keladi berkepala udang Ular.
Jika Naga pada umumnya diceritakan berkulit sisik seperti ular atau
buaya. Berbeda dengan Dragon Kholkikos, ia digambarkan kulitnya dipenuhi
bulu-bulu kapas seperti pada burung kalkun dan tubuhnya pun berwarna putih terang.
Meski tampilannya kurang gahar, tapi soal karakter ia terkenal sangat
ganas. Siapapun yang berani melawannya akan dibinasakan. Namun menurut
legenda cerita rakyat Georgio, sang Naga Kholkikos yang melambangkan
kemasyhuran dan kecantikan ini diakhir hidupnya tewas mengenaskan, mati
terbunuh oleh ksatria berpedang setelah kalah dalam pertempuran sengit.
Dalam versi cerita lain riwayat Drakon Kholkikos dikatakan mati akibat
terkena sihir dari nyanyian seorang prajurit yang bernama Orpheus.
Setelah Kholkikos tertidur karena pengaruh nyanyiannya, pedang pun
terhujam di ubun-ubun kepalanya.
4. Druk, Si Naga Petir yang jadi Lambang Negara Bhutan
Druk tsenden keipi gyelkhap na
Pyel loog nig tyensi chongwei gyen
Druk gyelpo ngadak rinpoche
Koo jurmey tyentsing chap tsid pyel
Che sangye tyenpa darshing gyel
Bang deykyed nyima shar wara sho. (whuaa huruf mati semua)
Bukannya ia bertobat dari kejahatannya, sang Naga jelmaan pangeran ini
justru semakin bertindak semena-mena. Ia seakan tak bisa dikalahkan,
semua ksatria kerajaan yang berani melawannya harus tewas terbunuh.
Begitu tangguhnya Naga Fafnir, tombak dan pedang tak ada yang sanggup
menembus kulitnya.
Hingga suatu saat ada seorang Satria yang menjadi lawan tangguhnya,
dengan pedang patah miliknya, Ia berhasil menusuk tembus perut sang Naga
Fafnir dan akhirnya ia pun tewas mengenaskan.
6. Kukulkan, Dewa Naga Sang Pencipta Dunia
Bagi suku Maya dan Aztec, Kulkukan sang dewa naga sangat dipuja. Ia
dianggap sebagai dewa yang menciptakan alam semesta beserta isinya.
Manisfetasi dirinya juga diyakini sebagai penjelmaan Dewa pelindung,
sehingga banyak jimat dan mantera penolak bala yang bertuliskan namanya.
Sosoknya digambarkan sebagai ular bersayap dengan tubuh yang sangat
besar dan berwarna kuning keemasan.
7. Stoor, Naga Kematian dari Skotlandia

Akhir riwayat hidup Naga Stoor dikisahkan, ia tewas terbunuh oleh
seorang bocah kecil sakti bernama Assipattle. Cara mengalahkannya
sungguh unik, ia berpura-pura mati agar Stoor menelan dirinya. Dan
setelah berada di dalam perut, bocah tua nakal ini pun kemudian membakar jantung Stoor.
8. Legenda Vritra, Ular Naga yang Mati dibunuh oleh Dewa Indra
Akhirnya membuat Dewa Indra murka dan turun dari langit untuk
memperingatkannya. Dengan meminta restu sebelumnya dari Dewi Saraswati,
Dewa Indra pun datang menemui Naga Vritra, namun sesampainya disana ia
malah ditantang oleh Naga Sombong ini.
Tak pelak, perkelahian sengit pun terjadi, yang akhirnya dimenangkan
oleh Dewa Indra, Vritra mati terbunuh dengan rahang mulutnya terbelah
dua. Dan setelah itu Dewa Indra menghancurkan 99 benteng pertahanan
milik Vitra. Umat manusia di dunia pun akhirnya bisa kembali hidup
tentram dan damai.